4 perubahan yang mesti anda lakukan jika ingin serius mengajar siswa jaman ‘now’
4 perubahan yang mesti anda lakukan
jika ingin serius mengajar siswa jaman ‘now’
Generasi Z yang lahir di tahun 2000
an bisa juga disebut generasi jaman now. Merekalah yang sering dikeluhkan oleh
para guru saat pelatihan, saat obrolan santai sesama guru dan segenap
pemakluman lain dikarenakan ketidak mengertian akan potensi mereka.
Jika anda serius membaca judul
status ini berarti memang hasrat anda untuk mengajar dengan sebaik-baiknya
generasi jaman ‘now memang besar. Saya berharap keinginan anda yang besar
sejalan dengan keinginan untuk lakukan perubahan. Minimal perubahan yang
dimulai dari diri sendiri. Sebab saat guru berniat mendidik generasi jaman ‘now
maka sederet perubahan akan menjadi makanan sehari-hari saat mengajar, mendidik
bahkan dalam cara berpikir.
Perubahan apa saja yang diperlukan jika anda serius ingin
mendidik generasi jaman now?
1. Mesti siap ubah mindset dari yg mengajar demi nilai menjadi
mengajar demi pemahaman, alias ‘teaching for understanding’. Dengan sendiri dan
bekerja sama (dalam team) guru lakukan langkah-langkah sbb 1) mengidentifikasi
topik, konsep, dan keterampilan yang patut dipahami; 2) membingkai tujuan yang
membantu siswa berfokus pada aspek terpenting dari topik tersebut; 3)
melibatkan siswa dalam menantang pengalaman belajar yang membantu membangun dan
menunjukkan pemahaman mereka; dan 4) mengembangkan praktik penilaian yang membantu
memperdalam pemahaman siswa.
Ada beberapa tahapan dalam melihat seberapa jauh siswa sudah
paham apa yang guru ajarkan :
a. Siswa yang benar-benar paham akan dapat ‘menjelaskan’
b. Siswa yang benar-benar paham akan dapat
‘menginterpretasikan’
c. Siswa yang benar-benar paham akan dapat ‘mengaplikasikan’
d. Siswa yang benar-benar paham akan dapat melihat
‘perspektif’
e. Siswa yang benar-benar paham akan dapat menunjukkan
‘empati’
Tidak heran jika sekolah yang baik dan menyenangkan akan
berujung pada lulusannya yang berkarakter. Hal ini dikarenakan guru yang
mengajar tidak berhenti pada siswanya kemudian bisa menjelaskan hal yang ia
terangkan alias sekedar ada dalam ranah pengetahuan namun juga bisa melekatkan
pada tindakan (action) sebagai hasil dari penguasaan pengetahuan yang diberikan
guru.
2. Stop razia handphone, daripada razia lebih baik cari agar hp
bisa diintegrasikan kedalam pembelajaran. Merazia erat kaitannya dengan merasa
berkuasa. Padahal siswa jaman now sangat sensitif terhadap hal ini. Dengan
cepat penilaian mereka terhadap ada sebagai guru akan turun terus. Padahal anda
punya sarana dahsyat yang saat ini rata-rata ada dalam genggaman mereka yaitu
smartphone.
Bayangkan cukup dengan
menggunakannya sebagai sarana siswa untuk riset, membuat kelas virtual melalui
WAG anda bisa memperkaya pengalaman siswa daripada hanya menggunakan buku teks.
Biaya fotokopi juga akan turun drastis. Dari segi yang lain anda sedang ajarkan
siswa untuk menggunakan HP untuk tujuan dan maksud yang baik. Sambil
mengajarkan mereka keterampilan mengelola informasi agar tak mudah terjerumus
menjadi generasi percaya dan penyebar hoaks.
3. Rela dan bersedia jadi fasilitator dan tidak
lagi sekedar menjadi guru. Dengan cara membuat suasana senyaman mungkin bagi
perasaan siswanya untuk bertanya dan ajukan pendapat. Di banyak kelas guru dan
siswa punya semacam aturan tak tertulis mengenai mengatur arus ‘pertanyaan di
kelas.
Sesama siswa kerap mencibir siswa
yang banyak bertanya, sementara guru sering tak sadar anggap anak yang banyak
bertanya membuat arah pengajaran di kelasnya jadi tidak fokus. Jika serius
mengajar anak jaman now, perihal kemampuan bertanya guru dan keinginan siswa
untuk bertanya tidak boleh dianggap enteng.
Para jagoan membuat apps seperti
di jaman belanja online ini misalnya, karyanya lahir dari pertanyaan-pertanyaan
khas para innovator. Jadi sangat sayang jika kelas anda sepi dari pertanyaan
siswa, karena ini berarti guru gagal menggelitik rasa ingin tahu siswa dengan
pertanyaan yang menstimulasi.
Cara yang bisa dilakukan adalah
guru punya semangat menghargai semua pertanyaan, guru tidak perlu punya semua
jawaban atas pertanyaan guru. Guru juga bisa membuat semacam permainan atau
games agar siswa gemar dan tak takut bertanya. Berikan sebuah contoh kasus
kemudian ajak mereka bertanya “mengapa” untuk menggali ke dalamnya, kemudian
mulai bertanya “bagaimana jika” mengajukan pertanyaan untuk membuka imajinasi
mereka dan akhirnya pertanyaan “bagaimana mungkin kita” untuk mulai menemukan
solusi.
4. Punya pola pikir ala ‘growth mindset alias gemar gunakan kata
‘belum’, saat anak belum berhasil mengerjakan, guru pandai memilih kata yang
kemudian bisa memacu semangat siswa untuk menjadi lebih baik. Kata ‘belum’
sangat baik untuk digunakan saat berinteraksi dengan siswa. Bandingkan antara
‘tidak tahu’ dan ‘belum tahu’, tidak bisa dan ‘belum bisa’ dan lain sebagainya.
Jika siswa sering mendengar kata ‘belum’, maka ia akan fokus pada usaha. Kata
‘belum akan membuka ruang untuk perbaikan dan perubahan.
Guru yang berhasil adalah guru
yang fokus pada bagaimana mendampingi siswanya saat berusaha menjadi sosok yang
lebih baik. Ada unsur proses disitu yang menghantarkan siswa dari satu titik ke
titik berikutnya. Siswa jaman now senang dipandang sedang berproses dan akan
padam semangatnya jika dibandingkan dengan orang lain.
Mengajar siswa jaman now perlu
stamina dan pola pikir (mindset) yang tepat. Mengubah cara anda berkata-kata
dan berpikir akan sangat membantu dalam proses ini. “Teaching children is an
accomplishment; getting children excited about learning is an achievement”
sebuah kata mutiara dari pendidik Robert John Meehan. Mengajar siswa adalah
‘suatu prestasi, membuat siswa bersemangat saat belajar adalah sebuah
pencapaian.
4 perubahan yang mesti anda lakukan jika ingin serius mengajar siswa jaman ‘now’
Post a Comment